Setelah disuguhkan tayangan menarik tentang kekerasan dalam pacaran  tadi, saya akan mencoba menganalisis film tadi dengan sudut pandang saya  sebagai mahasiswa. Sedikit me review untuk menganalisa film bukan untuk  meringkas film tersebut. Pemeran utama di mainkan oleh berinisial M (Korban)  yang mempunyai kekasih berinisial J (Pelaku) yang merupakan adik dari  Rena (Sahabat M – Red), dan bimo yang berperan sebagai sahabat M. Bentuk kekerasan yang dilakukan oleh jaka bukan hanya sekedar  kekerasan fisik saja, tapi juga psikis dan kekerasan ekonomi. Pada  awalnya perjalanan cinta mereka berjalan normal, tapi seiring  berjalannya waktu, hubungannya menjadi tidak sehat karena setiap bertemu  selalu ada kekerasan emosional yang dilakukan jaka terhadap melati.  Sebelum merinci lebih dalam lagi, mari kita bahas dulu pengertian  ‘kekerasan emosional’ menurut Psikolog Pamela Brewer MSW PhD mengatakan,  kekerasan emosional adalah keadaan emosi yang sengaja dibuat oleh  seseorang untuk mengendalikan pasangannya. Contoh, mengejek, curiga  berlebihan, selalu menyalahkan pacar, mengekang dan lain sebagainya. Ini  yang terjadi pada melati. Keadaan ini jelas jauh dari kata BENAR, cinta  yang selama ini didefinisikan kebanyakan orang adalah kelembutan,  perhatian dan ketulusan jelas berbanding terbalik dengan keadaan dalam  kisah ini. Jika ditinjau lebih jauh dalam bidang kebudayaan, jelas  budaya ini tidak patut dicontoh oleh pasangan muda – mudi, bagi sebagian  pelaku, mereka menganggap ini hal biasa (karena didalam hati dan  fikirannya, belum ada ikatan yang resmi di dalam hubungan ini, jadi  pelaku masih bisa bertindak semaunya) padahal, ini adalah akar dari  permasalahan yang bakal menjadi permasalahan yang lebih besar jika sudah  ada ikatan (menikah) nanti, karena ‘kebiasaan buruk’ akan sulit untuk  dihentikan.
Menghadapi kekerasan dalam pacaran  seringkali lebih sulit bagi kita, karena anggapan bahwa orang pacaran  pasti didasari perasaan cinta, simpati, sayang dan perasaan perasaan  lain yang positif. Sehingga kalau pacar kita marah - marah dan membentak  atau bahkan menampar kita, kita pikir karena dia memang lagi capek,  lagi kesel, bad mood atau mungkin karena kesalahan kita sendiri,  sehingga dia marah. Hal klasik seperti inilah yang sering mucul dalam  kasus kekerasan dalam pacaran adalah perasaan menyalahkan diri sendiri  dan merasa “pantas” diperlakukan seperti itu. Pikiran seperti “ah  mungkin karena saya kurang perhatian sama dia” , “ mungkin karena saya  kurang sabar” dan lain lain, sehingga dia jadi “ketagihan” merendahkan  dan melakukan terus kekerasan terhadap pasangannya.
Yang harus dilakukan untuk mencegah kekerasan dalam pacaran adalah ;
• Harus dari diri sendiri. Maksudnya kita harus memerangi tindakan tersebut agar pelaku tidak dapat meneruskan perbuatannya
•  Berani mengatakan tidak. Maksudnya kita harus berani menolak segala  permintaan negative dari si pelaku, supaya membuat mereka berfikir tidak  ada ‘kesempatan’ lagi
• Komunikasi pada sahabat. Kita harus memiliki  seseorang yang dapat kita percaya sebagai tempat untuk menceritakan  segala masalah kita kepadanya. Sehingga dapat sedikit meringankan beban  kita.
Jadi, berhati – hati lah anda dalam memilih pasangan, karena  orang yang anda anggap baik, belum tentu baik. Ingat, single is better  than have a bad relationship.
NURYADI
17110162
4KA18 
Jumat, 11 Maret 2011
Selasa, 01 Maret 2011
Manusia dan Penderitaan
Penderitaan kemiskinan......
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk  memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,  pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan  alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan  dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang  memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang  lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi  memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.
Krisis ekonomi yang berkepanjangan menambah panjang deret persoalan yang membuat negeri ini semakin sulit keluar dari jeratan kemiskinan. Hal ini dapat kita buktikan dari tingginya tingkat putus sekolah dan buta huruf. Hingga 2006 saja jumlah penderita buta aksara di Jawa Barat misalnya mencapai jumlah 1.512.899. Dari jumlah itu 23 persen di antaranya berada dalam usia produktif antara 15-44 tahun. Belum lagi tingkat pengangguran yang meningkat "signifikan." Jumlah pengangguran terbuka tahun 2007 di Indonesia sebanyak 12,7 juta orang. Ditambah lagi kasus gizi buruk yang tinggi, kelaparan/busung lapar, dan terakhir, masyarakat yang makan "Nasi Aking."
Di Nusa Tenggara Timur (NTT) 2000 kasus balita kekurangan gizi dan 206 anak di bawah lima tahun gizi buruk. Sedangkan di Bogor selama 2005 tercatat sebanyak 240 balita menderita gizi buruk dan 35 balita yang statusnya marasmus dan satu di antaranya positif busung lapar. Sementara di Jakarta Timur sebanyak 10.987 balita menderita kekurangan gizi. Dan, di Jakarta Utara menurut data Pembinaan Peran Serta Masyarakat Kesehatan Masyarakat [PPSM Kesmas] Jakut pada Desember 2005 kasus gizi buruk pada bayi sebanyak 1.079 kasus.
NURYADI
17110162
4KA18
Manusia dan Keindahan
Dalam rangka teori umum tentang nilai The Liang gie menjelaskan bahwa pengertian keindahan dianggap sebagai salah satu jenis nilai sepertihalnya nilaimoral, nilai ekonomik, nilai pendidikan dan sebagainya. Nilai yang berhubungan dengan segaa sesuatu yang tercakup dalam pengertian keindahan disebut nilaiestetik. Nilai adalah suatu relaitas psikologis yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu sendiri. Nilai itu oleh orang dipercaya terdapa pada sesuatu benda sampai terbukti ketakbenarannya. Tentang nilai ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. kemasyarakatan. Tetapi penggolongan yang penting adalah nilai instrinsik dan nilai ekstrinsik. Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya ( instrumental/contributory) yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu. Nilai instrinsik adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atu sebagai sesuatu tujuan, atau demi kepentingan benda itu sendiri.Dan saya mengambil cotoh manusia terhadap keindahan puisi dan tarian damarwulan Minakjonggo: 
Puisi. Bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik, sedangkan pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda ) puisi itu disebut nilai instrinsik. Tarian damarwulan Minakjonggo merupakan nilai ekstrinsik, sedang pesan yang ingin disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan nilai instrinsik.
NURYADI
17110162
4KA18
NURYADI
17110162
4KA18
Langganan:
Komentar (Atom)
